Tuesday 5 July 2016

TOKOH INSPIRATIF : TAN MALAKA ( Sutan Ibrahim )


TAN MALAKA ( Sutan Ibrahim )

            Mungkin tak semua rakyat Indonesia mengenal sosok Tan Malaka.Berbeda dengan sosok Soekarno yang selalu di eluh-eluhkan rakyat sebagai bapak bangsa Indonesia.Padahal jasa Tan Malaka dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia amatlah besar.Bung Karno bahkan dahulu sangat mengaguminya.Namun di era orde baru nama Tan Malaka ‘dihilangkan’ dari sejarah bangsa.Di era reformasi barulah nama Tan Malaka kembali banyak di munculkan.Berikut adalah Autobiografinya :
Lahir             : 2 Juni 1897 (Nagari Pandam Gadang,Suliki,Sumatera Barat,Hindia Belanda)
Meninggal    : 21 Februari 1949 (umur 51 (Kediri,Jawa Timur))
Kebangsaan  : Indonesia
Agama          : Islam
Pekerjaan      : Guru Dan Pemimpin Partai Komunis Indonesia.
Orang Tua    : Rasad Caniago ( Ayah ),Sinah Simabur (Ibu)
Nama asli Tan Malaka adalah Sutan Ibrahim,sedangkan Tan Malaka adalah nama semi-bangsawan yang ia dapatkan dari garis keturunan ibu.Tanggal kelahirannya masih di perdebatkan,sedangkan sekarang tempat lahirnya di kenal dengan nama Nagari Pandan Gadang,Suliki,Lima Puluh Kota,Sumatera Barat.Semasa kecilnya,Tan Malaka senang mempelajari ilmu agama dan berlatih pencak silat.Pada tahun 1908 dia di daftarkan ke KweekSchool ( Sekolah Guru Negara ) di Fort de Kock.Menurut GH Horensma,salah satu gurunya di sekolah itu,Tan Malaka adalah murid yang cerdas,meskipun kadang-kadang tidak patuh.Di sekolah dia menikmati pelajaran bahasa Belanda,sehingga Horensma menyarankan dia agar menjadi guru di sekolah Belanda.Ia juga seorang pemain sepak bola yang bertalenta.Setelah lulus dari sekolah tahun 1913,ia di tawari gelar datuk dan seorang gadis untuk menjadi tunangannya.Namun ia hanya menerima gelar datuk.Gelar tersebut dia terima dalam sebuah upacara tradisional tahun 1913.

Meskipun diangkat menjadi datuk, pada bulan Oktober 1913,ia meninggalkan desanya untuk belajar di Rijkskweekschool (sekolah pendidikan guru pemerintah),dengan bantuan dana oleh para engku dari desanya.Sesampainya di Belanda,Malaka mengalami kejutan budaya dan pada tahun 1915,ia menderita pleuritis.Selama kuliah,pengetahuannya tentang revolusi mulai muncul dan meningkat setelah membaca buku de Fransche Revolutie yang ia dapatkan dari seseorang sebelum keberangkatannya ke Belanda oleh Horensma.Setelah Revolusi Rusia pada Oktober 1917,ia mulai tertarik mempelajari paham Sosialisme dan Komunisme.Sejak saat itu, ia sering membaca buku-buku karya Karl Marx,Friedrich Engels,dan Vladimir Lenin.Friedrich Nietzsche juga menjadi salah satu panutannya.Saat itulah ia mulai membenci budaya Belanda dan terkesan oleh masyarakat Jerman dan Amerika.Karena banyaknya pengetahuan yang ia dapat tentang Jerman,ia terobsesi menjadi salah satu angkatan perang Jerman.Dia kemudian mendaftar ke militer Jerman,namun ia ditolak karena Angkatan Darat Jerman tidak menerima orang asing.Setelah beberapa waktu kemudian,ia bertemu Henk Sneevliet,salah satu pendiri Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV,organisasi yang menjadi cikal bakal Partai Komunis Indonesia).Ia lalu tertarik dengan tawaran Sneevliet yang mengajaknya bergabung dengan Sociaal Democratische-Onderwijzers Vereeniging (SDOV,Asosiasi Demokratik Sosial Guru).Lalu pada bulan November 1919,ia lulus dan menerima ijazahnya yang disebut hulpactie.
Setelah lulus dari SDOV,ia kembali ke desanya.Ia kemudian menerima tawaran Dr. C. W. Janssen untuk mengajar anak-anak kuli di perkebunan teh di Sanembah,Tanjung Morawa, Deli, Sumatera Utara.Ia tiba di sana pada Desember 1919 dan mulai mengajar anak-anak itu berbahasa Melayu pada Januari 1920.Selain mengajar,Tan Malaka juga menulis beberapa propaganda subversif untuk para kuli,dikenal sebagai Deli Spoor.Selama masa ini,ia mengamati dan memahami penderitaan serta keterbelakangan hidup kaum pribumi di Sumatera.Ia juga berhubungan dengan ISDV dan terkadang juga menulis untuk media massa.Salah satu karya awalnya adalah "Tanah Orang Miskin",yang menceritakan tentang perbedaan mencolok dalam hal kekayaan antara kaum kapitalis dan pekerja,yang dimuat di Het Vrije Woord edisi Maret 1920.Ia juga menulis mengenai penderitaan para kuli kebun teh di Sumatera Post.Selanjutnya,Tan Malaka menjadi calon anggota Volksraad dalam pemilihan tahun 1920 mewakili kaum kiri.Namun ia akhirnya mengundurkan diri pada 23 Februari 1921 tanpa sebab yang jelas.Ia lalu membuka sekolah di Semarang atas bantuan Darsono,tokoh Sarekat Islam (SI) Merah.Sekolah itu disebut Sekolah Rakyat.Sekolah itu memiliki kurikulum seperti sekolah di Uni Sovyet,dimana setiap pagi murid-murid menyanyikan lagu Internasionale".Tan juga pernah bertemu dengan banyak tokoh pergerakan seperti HOS Tjokroaminoto dan H. Agus Salim.Dalam otobiografinya,Tan menganggap bahwa SI di bawah Tjokroaminoto adalah satu-satunya partai massa terbaik yang ia ketahui.Tapi,Tan mengkritik saat terjadi perpecahan di SI,organisasi SI tidak memiliki tujuan dan taktik sehingga terpecah.
Hingga akhir hayatnya,Tan Malaka dikabarkan tidak penah menikah,tetapi ia mengakui pernah 3 kali jatuh cinta,yaitu di Belanda,Filipina,dan Indonesia.Di Belanda,Tan Malaka dikabarkan pernah menjalin hubungan dengan gadis Belanda bernama Fenny Struyvenberg,mahasiswa kedokteran yang kerap berdatang ke rumah kost-nya.Sementara di Filipina,ada seorang gadis bernama Carmen,puteri bekas pemberontak di Filipina dan rektor Universitas Manila.Sedangkan saat ia masih di Indonesia,Tan pernah jatuh cinta kepada satu-satunya siswi perempuan di sekolahnya saat itu,yakni Syarifah Nawawi.Alasan Tan Malaka tidak menikah adalah karena  perhatiannya terlalu besar untuk perjuangan kemerdekaan indonesia.
Setelah Indonesia merdeka,Tan Malaka menjadi salah satu pelopor sayap kiri.Ia juga terlibat dalam Peristiwa 3 Juli 1946 dengan membentuk Persatuan Perjuangan dan disebut-sebut sebagai otak dari penculikan Sutan Syahrir yang pada waktu itu merupakan perdana menteri.Karena itu ia dijebloskan ke dalam penjara tanpa pernah diadili selama dua setengah tahun.Setelah meletus pemberontakan FDR/PKI di Madiun,September 1948 dengan pimpinan Musso dan Amir Syarifuddin,Tan Malaka dikeluarkan begitu saja dari penjara.
Di sisi lain,setelah mengevaluasi situasi yang amat parah bagi Republik Indonesia akibat Perjanjian Linggajati 1947 dan Renville 1948,yang merupakan buah dari hasil diplomasi Sutan Syahrir dan Perdana Menteri Amir Syarifuddin,Tan Malaka merintis pembentukan Partai Murba,7 November 1948 di Yogyakarta.
Setelah pemberontakan PKI/FDR di Madiun ditumpas pada akhir November 1948,Tan Malaka menuju Kediri dan mengumpulkan sisa-sisa pemberontak PKI/FDR yang saat itu ada di Kediri,dari situ ia membentuk pasukan Gerilya Pembela Proklamasi.Pada bulan Februari 1949,Tan Malaka ditangkap bersama beberapa orang pengikutnya di Pethok,Kediri,Jawa Timur dan mereka ditembak mati di sana.Tidak ada satupun pihak yang tahu pasti dimana makam Tan Malaka dan siapa yang menangkap dan menembak mati dirinya dan pengikutnya.Tapi akhirnya misteri tersebut terungkap dari penuturan Harry A.Poeze,seorang Sejarawan Belanda yang menyebutkan bahwa yang menangkap dan menembak mati Tan Malaka pada tanggal 21 Februari 1949 adalah pasukan TNI dibawah pimpinan Letda Soekotjo dari Batalyon Sikatan,Divisi Brawijaya.
Keputusan Presiden RI No.53,yang ditandatangani Presiden Soekarno 28 Maret 1963 menetapkan Tan Malaka sebagai Pahlawan Nasional.
^ Catatan : Sebenarnya Tan Malaka menginginkan hoofdacte,yang statusnya setingkat lebih tinggi dari hulpactie.Meskipun begitu,kesehatannya yang buruk membuatnya hanya bisa mendapat ijazah hulpactie.

Kesimpulan mengapa beliau di bilang inspiratif :
·         Beliau mempunyai semangat pantang menyerah dalam hal mencari ilmu.
·         Beliau lebih mementingkan urusan dan kepentingan bangsa dan negara Indonesia di banding urusan dan kepentingannya sendiri,di buktikan beliau semasa hidupnya membujang karena beliau terlalu memerhatikan perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia.
      Mungkin kebanyakan orang belum mengetahui beliau,tetapi bagi saya beliau adalah tokoh yang sangat inspiratif.


Sumber : Merdeka.com , https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tan_Malaka

No comments:
Write komentar
'faelaja@gmail.com'